PERTANYAAN
Assalamu’alaikum, tanya, yai. Bgmn posisi Habib Ahmad bin Hasan al Atthos shohib Tadzkirun Nas dan kitab beliau tersebut? Suwun (Ajib Tuksi)
JAWABAN
Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Wa’alaikumussalam Warohmatullah.
Kitab “Tadzkiru An-Nas” tergolong kitab sufi. Saya belum mendalami lebih jauh biografi pengarangnya rahimahullah.
Bagi saya, kitab sufi yang lebih aman adalah “ihya’ Ulumiddin” karya Al-Ghozzali. Penulisnya ahli fikih, sehingga berusaha tidak keluar jalur syariat. Fokusnya pembersihan jiwa dan sejalan dengan perintah Al-Qur’an untuk menyucikan diri dan jiwa. Kalaupun ada kekurangan di dalamnya, seperti adanya hadis-hadis dhoif dan maudhu’, maka masih bisa ditambal dengan “Al-Mughni ‘an hamli Al-Asfar” karya Al-‘Iroqi yang mentakhrij kitab “ihya Ulumiddin” dan menjelaskan kualitas hadis-hadisnya.
Tapi Ihya ‘Ulumiddin ini hanya cocok untuk yang sudah expert. Hanya cocok untuk ulama yang sudah luas wawasannya sehingga bisa membaca dengan kritis.
Untuk pemula dan masyarakat awam, saya malah lebih suka dengan kitab sederhana nan penuh berkah yang bernama “Sullamu At-Taufiq” karya Abdullah Ba’alawi yang resensinya saya tulis dalam tautan ini,
https://irtaqi.net/2018/02/28/mengenal-kitab-sullam-taufiq/
Kitab ini mengandung pembahasan ilmu pembersihan jiwa sederhana, praktis, dan tidak kontroversial.
Adapun kitab Tadzkirun Nas, ada sejumlah konten yang saya kuatirkan membentuk alam pikir yang mundur, memuja karomah secara salah, dan mengelu-elukan wali secara tidak proporsional.
Contohnya ada kisah Habib Alawi di Malibar. Konon, saat beliau dikunjungi, tamunya kaget karena rumahnya penuh gambar burung, ayam dan sebagainya. Ketika Habib Alawi diingatkan bahwa ada hadis Nabi ﷺ yang mengajarkan bahwa orang yang menggambar makhluk hidup itu nanti akan dituntut meniupkan ruh pada gambar tersebut pada hari kiamat, segera saja Habib ‘Alawi meniup gambar itu sehingga semua gambar hewan di situ hidup, ayamnya berkokok dan burung-burungnya berkicau! (Tadzkiru An-Nas hlm 154)
Kisah-kisah seperti ini lebih dekat dengan khurofat dan bisa merusak pemahaman tentang karomah yang tidak proporsional. Karomah itu haqq, tapi dalam menerima berita karomah harus super hati-hati, agar tidak tercampur mana yang dongeng dan mana kejadian asli. Berita semacam itu harus dicek dengan level ketelitian seperti menyaring hadis. Wallahua’lam
One Comment
Mohammad nanang qosim
Minta file pdf kitab tadzkirun nas