Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Salah satu sifat Allah adalah Ar-rohim (الرحيم). Sifat ini banyak disebut dalam Al-Qur’an, seperti dalam basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) dan banyak ayat yang lainnya. Ketika kita meminta rahmat kepada Allah dengan berdoa “Allahummarhamni” (اللهم ارحمني), maka itu adalah permintaan yang juga terkait dengan sifat Ar-Rohim ini.
Kalau begitu, apa makna Ar-Rohim?
Sifat Ar-Rohim berasal dari kata rohmah (الرحمة). Makna singkat rohmah adalah belas kasih. Jadi ketika Allah disifati Ar-Rohim, makna singkatnya Allah itu Maha berbelas kasih.
Makna lebih detail dari rohmah adalah sifat belas kasih dan menyayangi yang membuat orang yang disayang itu disikapi dengan lemah lembut, dibaiki, dijauhkan dari hal membahayakan dan dibantu menyelesaikan berbagai macam kesulitan. Jadi, sifat rohmah itu mengandung empat macam bentuk belas kasih,
Pertama, lemah lembut (الرِّفْق)
Kedua, kebaikan (الإحسان)
Ketiga, menghalau sesuatu yang membahayakan (دفع الضرر)
Keempat, membantu melewati kesulitan (الإعانة على المشاق)
Ibnu Asyur berkata,
Artinya,
“Kata rohmah dalam bahasa Arab dibuat untuk menjelaskan makna belas kasih hati dan kasih sayang terhadap makhluk hidup yang membuat orang yang memiliki sifat tersebut besikap lemah lembut terhadap orang yang disayangi, berbuat baik kepadanya, menghalau bahaya darinya, dan menolongnya menghadapi berbagai kesulitan” (At-Tahrir Wa At-Tanwir, juz 1 hlm 169)
Lebih spesifik lagi, rohmah itu adalah bentuk belas kasih yang bersifat mutlak tanpa membedakan apakah diungkapkan dengan cara yang menyakiti orang yang disayangi ataukah dengan cara yang tidak menyakiti orang yang disayangi. Ini yang membedakan dengan ro’fah (الرأفة), karena ro’fah itu adalah belas kasih yang diungkapkan dengan cara yang tidak menyakiti orang yang disayangi. Al-‘Askari berkata,
Artinya,
“Ro’fah lebih kuat daripada rohmah dari sisi kaifiyyah karena ro’fah itu memberikan nikmat yang bebas dari rasa sakit, sementara rohmah adalah bentuk memberikan nikmat secara mutlak yang kadang disertai ketidaksukaan (dari orang yang disayangi) dan rasa sakit untuk kebaikan” (Al-Furuq Al-Lughowiyyah, hlm 246-247)
Jika ada seorang ibu yang melihat anaknya bermain pisau tajam, sementara anaknya masih berusia satu tahun, maka naluri kasih sayang ibu akan membuatnya langsung merebut pisau itu dari tangan anaknya meskipun anaknya menangis meraung-raung. Anak kecil itu mungkin merasa ibunya jahat dan tidak sayang kepada dirinya, padahal hakikatnya sang ibu sangat sayang kepada anak, karena tahu pisau itu bisa membuatnya terluka dan binasa. Nah, ungkapan kasih sayang yang kadang dilakukan dengan cara yang menyakiti seperti ini dalam bahasa Arab disebut dengan rohmah (الرحمة) dan tidak boleh disebut ro’fah (الرأفة).
Berbeda halnya ketika seorang ibu melihat anaknya kehujanan lalu menggigil kedinginan. Segera saja dicarikan handuk, diambilkan baju hangat, dipakaikan jaket, dinyalakan perapian lalu dibuatkan susu cokelat hangat. Ungkapan kasih sayang seperti ini dalam bahasa Arab disebut dengan istilah ro’fah (الرأفة) karena mengungkapkan belas kasih dengan cara yang tidak menyakiti orang yang disayang. Perbuatan tersebut juga bisa disebut rohmah, karena rohmah adalah kasih sayang dan belas kasih yang cara mengungkapkannya tidak dibatasi, bisa dengan cara yang menyakiti maupun tidak. Ringkasnya, rohmah lebih luas daripada ro’fah.
Inilah rahasia mengapa saat mencambuk pezina kita dilarang Allah memiliki sifat ro’fah, karena saat mencambuk pezina, jelas si terhukum kesakitan. Sifat yang kita miliki saat itu adalah rohmah, karena kita ingin dosa pezina tersebut dihapuskan Allah dengan hukuman dunia itu sehingga di akhirat dia sudah bebas dari ancaman siksa perbuatan zina. Cara kita mengungkapkan kasih sayang itu adalah dengan mencambuknya, dan cambukan adalah ekspresi kasih sayang yang jelas menyakiti orang yang disayangi. Allah berfirman,
Artinya,
“Janganlah kalian dihalangi rasa ro’fah (belas kasih) terhadap dua pezina itu pada saat menjalankan agama Allah” (An-Nur; 2)
Jadi, engkau yang merasa rizkimu sempit, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang saat ini sedang sakit, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang sedang kehilangan , husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang sampai hari ini belum bisa menikah atau berkali-kali proses tapi gagal, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang gagal menikah dengan orang idamanmu, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang merasa susah hidupmu karena merasa suamimu tak bertanggung jawab, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang selalu muram karena merasa istrimu susah diatur, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang gagal memperoleh pekerjaan yang kau inginkan, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang berasa usahamu belum maju-maju, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang merasa kurang cantik, kurang gagah, kurang putih, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang hidup di keluarga yang menurutmu kacau, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang sedang bersedih karena suamimu hendak berpoligami, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang galau bertahun-tahun karena merasa keinginanmu belum tercapai, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Engkau yang saat ini tengah menangis, murung, dan berduka berhari-hari, husnuzhonlah kepada Allah, bahwa itu adalah bentuk rahmat-Nya
Bisa jadi semua hal yang tidak kita sukai dan menyakiti kita adalah bentuk pengabulan doa kita selama ini yang sering memohon ampunan dan rahmat-Nya (رب اغفر لي وارحمني).
Orang yang memahami betul hakikat sifat Allah; Ar-Rahim, maka akan menjadi pribadi yang selalu bersyukur, ridha atas takdir-Nya, husnuzhon kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya. Semakin hari, cintanya kepada Allah akan semakin bertambah.