Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Tidak diragukan lagi bahwa Allah akan membalas amal saleh seorang hamba sesuai dengan tingkat amal masing-masing.
Oleh karena itu tidak pantas orang yang amal salehnya lemah lalu berharap dibalas surga dengan level yang diterima oleh Abu Bakar misalnya. Orang yang amal salehnya lemah, masih sering menunda-nunda kebaikan, masih sering mencampur amal saleh dengan dosa dan masih sering tersibukkan urusan dunia, jika dia diberi surga paling rendah sekalipun maka itu sudah pantas. Bahkan sudah lebih-lebih.
Tidak selayaknya orang dengan amal saleh seadanya berharap dibalas surga yang sama dengan surga untuk 10 Sahabat yang dijamin masuk surga misalnya, sebagaimana tidak pantasnya anak usia 7 tahun berharap mendapat pakaian manusia dewasa berusia 40 tahun.
Untuk mencapai surga tertinggi yakni surga Firdaus yang ditempati Rasulullah ﷺ dan para nabi-nabi yang lain, maka amal yang dipersembahkan harus pantas. Perjuangannya harus keras. Ujiannya harus pedas. Karena itulah ketika ada seorang Sahabat yang minta didoakan agar menjadi teman Rasulullah ﷺ di surga, Rasulullah ﷺ memerintahkannya untuk membantu beliau dengan banyak bersujud. Artinya doa Rasulullah ﷺ semata-mata tidak cukup, harus dibantu dengan amal saleh serius memperbanyak sujud dan salat.
Nah balasan sesuai dengan level amal saleh saat hidup di dunia inilah yang dinamakan jazā’ (الجَزَاءُ). Makna bahasa jazā’ adalah pemberian yang didasarkan pada “prestasi”.
Hanya saja, Allah itu memberi jauh melebihi persembahan ibadah kita. Tidak dibatasi hanya mengikuti kualitas pengabdian kita.
Coba bayangkan.
Andai adil-adilan, seumpama kita menyembah Allah secara full di dunia mulai usia 0-70 tahun, maka adilnya kita masuk surga dan mendapatkan kenikmatan itu maksimal ya hanya selama 70 tahun kan?!
Tapi faktanya nanti Allah membalas kenikmatan surga itu sifatnya selamanya!
Artinya jauh berlipat-lipat, jutaan kali, milyaran, bahkan triliunan kali dari 70 tahun! Tak terbatas malahan!
Nah, kebijakan Allah yang menganugerahi jauh melebihi dari yang seharusnya pantas untuk kita inilah yang dinamakan ‘Aṭā’ (العَطَاءُ). Makna bahasa ‘Aṭā’ adalah pemberian tanpa kompensasi apapun.
Baik jazā’ maupun ‘aṭā’ ini semuanya disebutkan Allah dalam Al-Qur’an, sebagai penanda bahwa kita nanti akan dibalas sesuai dengan level amal kita, tetapi sekaligus diingatkan jangan pernah ujub dan menyombongkan amalmu karena sebenarnya balasan Allah itu hakikatnya jauh lebih banyak dan melampaui level pengabdian yang kau persembahkan. Allah berfirman,
﴿جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا ﴾ [النبأ: 36]
Artinya,
“(surga dan segala kenikmatannya itu diberikan kepada hamba-hamba bertakwa) Sebagai balasan dari Rabb-mu juga pemberian banyak yang disesuaikan dengan amal masing-masing.” (Q.S.al-Naba’: 36)
Ibnu ‘Āsyūr berkata,
«فَكَانَ مَا ذُكِرَ لِلْمُتَّقِينَ مِنَ الْمَفَازِ وَمَا فِيهِ جَزَاءً شُكْرًا لَهُمْ وَعَطَاءً كَرَمًا مِنَ اللَّهِ تَعَالَى وَكَرَامَةً لِهَذِهِ الْأُمَّةِ إِذْ جُعِلَ ثَوَابُهَا أَضْعَافًا». [«التحرير والتنوير» (30/ 47)]
Artinya,
“Apa yang disebutkan akan diberikan kepada orang-orang bertakwa yakni surga dan segala isinya adalah jenis jazā’ (balasan), yakni penghargaan terhadap amal mereka. Tapi ia sekaligus menjadi ‘aṭā’ (pemberian), sebagai bentuk karunia dari Allah dan kemuliaan untuk umat ini karena pahala mereka dilipatgandakan.” (al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, juz 30 hlm 47)
Sekarang Anda semua bisa memahami lebih baik jika ada hadis yang mengatakan bahwa orang itu masuk surga bukan karena amalnya, tapi masuk surga karena rahmat Allah.
Itu maknanya bukan Anda silakan santai-santai di dunia tidak beramal, karena masuk surga pun tetap dengan rahmat Allah. Bukan begitu maknanya. Yang benar adalah jangan pernah membanggakan amalmu dan jangan pernah ujub dengan amalmu, karena kalaupun Allah membalasmu dengan surga, itu jauh melebihi ketaatan yang kau persembahkan kepada-Nya. Tapi di tingkat surga mana engkau berada, itu disesuaikan dengan kualitas amalmu.
ربي أدخلني الجنة مع الأبرار برحمتك
15 Ramadan 1443 H/17 April pukul 16.45