Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen di Universitas Brawijaya
Jika seorang mukmin salat isya berjamaah sebaik-baiknya pada malam qadar/lailatul qadar, lalu paginya salat subuh berjamaah sebaik-baiknya, maka statusnya sudah seperti menghidupkan seluruh malam pada lailatul qadar itu.
Mengapa demikian?
Karena Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa siapapun yang salat isya secara berjamaah, maka seakan-akan dia telah menghidupkan separuh malam dengan salat. Jika dia salat subuh berjamaah, maka seakan-akan dia telah menghidupkan seluruh malam. Rasulullah ﷺ bersabda,
«مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ». [«صحيح مسلم» (2/ 125 ط التركية)]
Artinya,
“Barangsiapa salat isya secara berjamaah maka seakan-akan dia salat separuh malam. Barang siapa salat subuh secara berjamaah maka seakan-akan dia salat seluruh malam” (H.R.Muslim)
Semua jenis salat berjamaah semoga sudah tercakup di sini, tidak peduli di lakukan di masjid maupun di rumah. Karena jika berjamaah di masjid menjadi syarat, seharusnya disebutkan. Ini menjadi kabar gembira bagi kaum muslimin yang diuji dengan ketiadaan masjid di negeri-negeri kufur, atau kondisi darurat sehingga tidak bisa ke masjid karena pandemi atau sebab yang lain.
Hanya saja, salat isya dan subuh berjamaah adalah level paling rendah orang yang ingin menghidupkan lailatul qadar. Level ini sangat solutif bagi mereka yang bekerja berat atau mendapatkan amanah berat sehingga waktu istirahatnya sedikit sekali.
Level yang lebih tinggi dari itu adalah menghidupkan sebagian besar malam lailatul qadar misalnya mulai jam 22.00 hingga subuh.
Level lebih tinggi lagi adalah menghidupkan seluruh malam. Yakni beribadah maḥḍāh seperti salat, zikir, membaca Al-Qur’an, berdoa, munajat dan semisalnya mulai maghrib atau mulai isya hingga subuh.
Nawawī al-Jāwi berkata,
«ومراتب إحيائها ثَلَاثَة عليا وَهِي إحْيَاء لَيْلَتهَا بِالصَّلَاةِ ووسطى وَهِي إحْيَاء معظمها بِالذكر وَدُنْيا وَهِي أَن يُصَلِّي الْعشَاء فِي جمَاعَة وَالصُّبْح فِي جمَاعَة». [«نهاية الزين» (ص198)
Artinya,
“Tingkatan-tingkatan menghidupkan lailatul qadar ada tiga. Yang tertinggi adalah menghidupkan seluruh malam dengan salat. Yang pertengahan adalah menghidupkan sebagian besar malam dengan zikir. Yang terendah adalah salat isya secara berjamaah dan salat subuh secara berjamaah” (Nihāyatu al-Zain, hlm 198)
Adapun i’tikaf di masjid, maka itu adalah salah satu varian ibadah untuk menghidupkan Lailatul Kadar selain salat, doa, membaca qur’an dan ibadah mahdah semisal. Jadi tidak menjadi syarat didapatkannya Lailatul Kadar. Lagipula wanita haid saat 10 hari terakhir Ramadan pasti ada dan mereka juga punya kesempatan yang sama mendapatkan keutamaannya mekipun tidak i’tikaf di masjid.
20 Ramadan 1443 H/22 April 2022 pukul 10.17