Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Seorang jenderal berdiri di depan 100 anak muda memberi motivasi,
“Kalian semua bisa menjadi tentara. Ayo semangat!”
Tapi 100 orang itu semuanya lumpuh!
Apakah bijaksana motivasi si jenderal tersebut?
***
Begitulah.
Fakta kehidupan menunjukkan kesempatan manusia tidak ada yang sama.
Privilege tiap orang itu beda.
Potensi tiap manusia juga beda.
Manusia hanya bisa mengusahakan agar gap itu tidak terlalu jauh, tapi tetap tidak akan pernah bisa menyamakan perbedaan-perbedaan itu.
***
Oleh karena itu, mengajak semua manusia agar kaya itu tidak bijaksana.
Sebab memang Allah men-setting ada manusia yang diposisikan untuk supporting, tapi memang ada yang hidupnya hanya menjadi beban.
Ada keluarga yang diuji dengan salah satu di antara mereka dibuat gila, idiot, lumpuh bisu karena stroke, orang tua yang sudah pikun atau koma menahun. Hamba-hamba Allah yang lemah seperti ini jelas tidak mungkin dimotivasi agar bisa kaya dan “sukses”, sebab setting-an hidup mereka memang dikehendaki Allah untuk menjadi beban orang lain, untuk menguji yang lain yang masih kuat.
Sebaliknya ada yang oleh Allah dimudahkan untuk mendapatkan berbagai macam ide, dipertemukan dengan orang-orang yang tepat, dan dimudahkan untuk membuka peluang-peluang sehingga hartanya lebih mudah didapat. Orang-orang seperti ini memang settingannya untuk menanggung beban dan memberi manfaat ke banyak orang.
Oleh karena itu, benarlah firman Allah dalam Al-Qur’an, bahwa rezeki itu Allah yang membagi. Allah yang menentukan. Allah yang memutuskan. Banyak atau sedikitnya. Kaya atau miskinnya. Allah berfirman,
Artinya,
“Akulah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (Q.S. al-Zukhruf: 32)
Dalam Surah al-Fajr, Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki hanya untuk menguji mereka, bukan tanda memuliakan atau menghinakan,
Artinya,
“Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan (dibuat kaya), berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.” Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”” (Q.S. al-Fajr: 15-16)
Dalam Surah al-Talāq, Allah juga memastikan bahwa suami dari sisi rezeki itu memang ada yang diluaskan Allah tapi juga ada yang disempitkan,
Artinya,
“Hendaklah orang yang lapang (rezekinya) memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa (harta) yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadanya.” (Q.S. al-Ṭalāq: 7).
Itu semua menunjukkan, kaya miskin dan kadar rezeki semuanya adalah atas keputusan Allah.
***
Sebagaimana jenderal harus bijaksana kapan memotivasi orang untuk menjadi tentara, yakni jangan memotivasi orang lumpuh dan memberi harapan palsu kepada mereka, maka orang yang ingin memotivasi orang lain supaya maksimal menggunakan potensinya dalam menjemput rizki juga harus bijaksana siapa audien yang tepat untuk nasihatnya.
14 September 2023/ 25 Safar 1445 H pukul 07:02