Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
“Jika Anda ingin hisab yang berat maka carilah dua hal: Kekayaan dan kekuasaan.”
Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Sementara, hisab yang hebat masih harus dialami orang-orang yang diberi harta dan kekuasaan…” (H.R. Ibnu Ḥibbān)
***
Jika ada nasihat seperti ini, orang sering salah paham. Yakni menyangka bahwa kita diajak miskin.
Itu keliru.
Jika ada dalil yang menunjukkan keutamaan miskin, maka jangan dipahami ayo miskin. Tapi pahamilah jika Allah menakdirkan miskin, maka dengan kemiskinan itupun engkau bisa mendapatkan rida Allah.
Jika ada dalil yang menunjukkan keutamaan kaya, maka jangan dipahami ayo kaya. Tapi pahamilah jika Allah menakdirkan kaya, maka ketahuilah bahwa kekayaan itu bisa juga menjadi kendaraan untuk memperoleh rida Allah, walaupun harus diakui tanggungjawabnya lebih berat dan hisabnya juga lebih hebat.
Saya pernah membuat catatan khusus masalah ini dalam artikel berikut,
https://irtaqi.net/2021/06/11/kaya-atau-miskin/
agar lebih dalam baca juga catatan-catatan saya di sini,
Mengapa Berambisi Menjadi Kaya
Apakah Mudah Beramal Salih Jika Menjadi Orang Kaya
Rasulullah ﷺ Menolak Mendoakan Umat Agar Kaya
Secara rasional, kaya memang dilihat lebih baik daripada miskin. Hanya saja al-Quran mengajarkan bahwa rezeki itu dibagi. Kaya atau miskin itu keputusan Allah. Bukan pilihan kita. Kemampuan manusia hanya ikhtiar, itupun jika diberi kekuatan Allah. Hasilnya tetap Allah yang menentukan.
***
Apakah mungkin seorang beriman yang dianugerahi kekayaan dan kekuasaan yang besar tapi tetap bisa masuk surga tanpa hisab?
Jawabannya adalah sebagai berikut.
Nabi Sulaiman tentu kita yakini masuk surga tanpa hisab.
Adapun selain nabi maka kita tidak tahu.
Jangankan orang biasa, Sahabat yang sudah dijamin masuk surga seperti Abdurrahman bin Auf sekalipun ada riwayat dengan sanad hasan bahwa beliau bermimpi masuk surga dengan merangkak!
Sungguh berat memang amanah kekayaan itu.
***
Adapun ilmu, maka ia juga dihisab.
Tapi ilmu jauh lebih utama dari kekayaan.
Tamak harta tercela, tamak ilmu malah terpuji dan dicintai Allah.
Harta harus kita jaga, ilmu malah menjaga kita.
Memperbanyak ilmu mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak harta membuat sibuk membuat waktu mengingat Allah semakin sedikit.
Cinta ilmu memasukkan diri ke golongan para nabi dan ulama, cinta harta membuat sama dengan golongan Qarun dan Firaun.
***
Adapun riwayat bahwa Nabi ﷺ meminta kemiskinan, maka penjelasan maknanya adalah sebagai berikut.
Ibnu al-Baṭṭāl menafsirkan Rasulullah ﷺ minta miskin maksudnya minta agar rezekinya sekedar cukup memenuhi kebutuhan,
Al-Muẓhiri menafsirkan: Rasulullah ﷺ mengajari agar umatnya tahu kemuliaan fakir, agar umatnya mencintai orang fakir, bergaul dengan mereka dan mendapatkan barakah mereka,
Ibnu Abdil Barr termasuk Ibnu Qutaibah menafsirkan, ini minta supaya diberi sifat tawadu’ sebagaimana sifat yang dimiliki orang-orang miskin,
13 September 2023/ 24 Safar 1445 H pukul 09:22