Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Tasawuf itu jangan dicampur dengan filsafat.
Bahaya.
Bisa murtad tidak sadar nanti.
Sebab filsuf itu rata-rata ateis. Tidak percaya Tuhan.
Yang bertuhan sekalipun punya keyakinan kufur semisal qadim/azali-nya alam semesta, bahwa Tuhan itu tidak Maha Tahu perkara-perkara kecil parsial (juz’iyyāt) dan bahwa balasan di akhirat itu hanya dirasakan roh, tapi tidak bersifat fisikal. Pikiran seperti ini membuat mereka statusnya kafir tanpa keraguan.
***
Al Gazzali telah mengingatkan bahayanya mencampur tasawuf dengan filsafat. Kata beliau yang demikian itu pelan-pelan bisa menggiring orang awam pada kebatilan secara tidak sadar. Al-Gazzālī berkata,
Artinya,
“Siapapun yang mengkaji kitab-kitab mereka (para filsuf) semisal (kelompok) Ikhwānu al-Ṣafā dan selain mereka, lalu melihat hikmah-hikmah kenabian dan kalimat-kalimat tasawuf dicampur dengan pikiran-pikiran filsafat mereka, maka terkadang si pengkaji ini memandang pikiran mereka baik, menerimanya (Muafa: karena lemahnya dasar-dasar din yang mereka miliki) dan memandang baik untuk meyakininya. Lalu dia segera menerima kebatilan mereka yang bercampur dengannya karena berbaik sangka dengan apa yang dipandangnya baik. Itu adalah bentuk istidrāj (Muafa: yakni tipuan berangsur) menuju kebatilan.” (al-Munqiż min al-Ḍalāl hlm 155)
Hari ini kita menyaksikan banyak sekali orang awam yang bertasawuf dengan tasawuf falsafi, lalu mengucapkan kata-kata kufur yang mengerikan.
***
Jika bertasawuf, maka pastikan bertasawuf yang berbasis fikih. Pastikan mursyidnya ahli fikih. Itu lebih aman insya Allah. Jangan tasawuf falsafi yang gurunya jahil fikih.
23 Januari 2024/ 12 Rajab 1445 H pukul 15.00