Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara bukti lain bahwa akidah Nur Muhammad bukan bagian dari akidah Islam tapi berasal dari filsafat Neo Platonisme adalah tidak adanya pembicaraan Nur Muhammad di kalangan Sahabat.
Padahal, mereka adalah generasi terbaik umat ini.
Allah rida terhadap mereka dan merekapun juga rida terhadap Allah.
Biografi 10 Sahabat yang dijamin masuk surga pun tercatat dengan rapi.
Kata-kata mutiara mereka, nasihat mereka, dan wasiat mereka juga tersebar dalam kitab-kitab hadis, kitab-kitab atsar, kitab-kitab sirah dan kitab-kitab tarajim.
Akan tetapi tidak ada satu huruf pun riwayat yang menunjukkan para Sahabat tersebut membincangkan masalah Nur Muhammad, atau mengisyaratkan atau memberi wasiat supaya diajarkan sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf falsafi.
Padahal mereka adalah generasi yang sangat berhati-hati dalam hal ilmu dan benar-benar menjaga supaya tidak termasuk golongan orang yang menyembunyikan ilmu. Ada jenis ilmu yang sengaja disembunyikan sebagian Sahabat karena khawatir dampaknya buruk karena terkait rahmat Allah yang Maha Luas yang berpotensi disalah fahami ahli maksiat. Tapi menjelang wafat ilmu tersebut tetap di sampaikan dan diajarkan sebagai bentuk amanah ilmu. Tapi pembicaraan tentang Nur Muhammad ini sama sekali tidak ada. Oleh karena itu, fakta ini menunjukkan bahwa akidah Nur Muhammad memang bukan bagian dari akidah Islam.
***
Adapun riwayat bahwa Abu Hurairah itu punya dua bejana ilmu, yang mana satu bejana disebarkan sementara yang lain itu disembunyikan karena khawatir lehernya akan terpenggal, maka itu sama sekali bukan ilmu tentang Nur Muhammad atau ilmu “tasawuf tingkat tinggi” misalnya.
Yang benar, ilmu yang disembunyikan Abu Hurairah adalah ilmu tentang nubuat dan ramalan Rasulullah ﷺ terkait penguasa jahat sepeninggal Nabi ﷺ. Abu Hurairah tahu bahwa akan ada penguasa-penguasa jahat penumpah darah di kalangan Bani Umayyah. Jika hadis Nabi ﷺ seperti ini disebarkan, pasti Abu Hurairah akan dianggap tukang fitnah, pengacau masyarakat dan membawa misi politik tertentu.
Oleh karena itu beliau menyembunyikannya dan hanya memberi isyarat saja terkait ilmu yang beliau ketahui ini. Misalnya beliau berlindung kepada Allah dipimpin anak-anak, atau berlindung kepada Allah hidup ditahun 60-an Hijriah dan semisalnya. Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī berkata,
Artinya,
“Para ulama memaknai bejana (ilmu) yang tidak disebarkan Abu Hurairah adalah hadis-hadis yang menyebutkan nama-nama penguasa jahat, kondisi mereka dan zaman mereka.” (Fatḥu al-Bārī, juz 1 hlm 216)
Tapi memang riwayat Abu Hurairah ini –kata Ibnu Munīr- sering dijadikan dasar oleh Syiah Rafidah Batiniyyah untuk mempromosikan ajaran sesat mereka. Tidak heran juga jika atsar Abu Hurairah itu juga sering dipakai guru-guru tasawuf falsafi untuk mempromosikan ajaran Nur Muhammad mereka atau “tasawuf tingkat tinggi” versi mereka.
23 Januari 2024/ 12 Rajab 1445 H pukul 13.27