Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
PERTAMA:
Sumbernya filsafat, bukan wahyu.
Jadi, ini jenis khayalan manusia, bukan ilmu yang benar dari Allah.
Tidak ada dalam Al-Qur’an dan tidak ada dalam al-Sunnah.
Semua upaya untuk membuktikan akidah Nur Muhammad ada dasarnya dari Al-Qur’an atau hadis adalah jenis JUSTIFIKASI, bukan memahami dalil apa adanya.
Artinya, akidah itu diyakini dulu berdasarkan nalar silogisme, setelah itu dicarikan dalil-dalil pembenar dari ayat atau hadis. Persis cara pikir ahlul bid’ah di masa lalu semisal Mu’tazilah dan Jabriyyah.
KEDUA:
Mengajarkan konsepsi EMANASI ala Neo Platonisme saat menjelaskan proses penciptaan.
Proses penciptaan dibayangkan seperti lampu ublik/damar dengan asapnya. Meskipun asap keluar dari lampu, tapi hakikatnya asap adalah bagian dari lampu.
Seakan-akan mau bilang: Walaupun makhluk itu berasal dari Tuhan, tapi hakikatnya makhluk adalah bagian dari Tuhan juga seperti asap adalah bagian dari lampu!
Ini nanti akan menggiring keyakinan bahwa alam semesta itu qadim (tidak berawal dan tidak berakhir)!
Jika orang sudah meyakini alam semesta qadim, maka dia kafir walaupun dia mujtahid mutlak!
Al-Gazzālī itu mengkafirkan orang-orang seperti Ibnu Sina, al-Farabi (termasuk filsuf lain yang sepaham) karena keyakinan alam qadim seperti ini.
Nanti lama-lama meyakini tidak ada yang eksis kecuali Tuhan juga, sebab semuanya berasal dan merupakan bagian dari Tuhan!
Nyambung dengan ajaran wahdatul wujud.
Manunggaling kawulo gusti.
03 September 2024 / 29 Safar 1446 pada 06.42