Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jawabannya adalah ‘āmil yang sama pada ṣāḥibul ḥāl (صَاحِبُ الحَالِ).
Jadi jika ada kalimat,
Maka dalam kalimat di atas ‘āmil yang menaṣabkan ẓāfiran adalah kata raja’a (رَجَعَ).
Sebab ṣāḥibul ḥāl dalam kalimat di atas adalah kata al-jundu (الجُنْدُ), sementara ‘āmil yang berkerja pada kata al-jundu, yakni kata yang merafa’kannya adalah kata raja’ā (رَجَعَ).
***
Dengan demikian kata mutammiman (مُتَمِّماً) dalam bait ke-15 nazham al-‘Imrīṭī berikut ini karena posisinya adalah menjadi ḥāl, berarti ‘āmilnya adalah kata zāda (زَادَ) pada frasa zidtuhu (زِدْتُهُ) dalam bait sebelumnya,
Pembahasan lebih lengkap kajian i’rab bait ke 15 silakan dinikmati di KANAL MUNTAHA. Atau lewat link di sini.
19 November 2023/ 6 Jumādā al-Ūlā 1445 H pukul 20.18