Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Tidak benar jika dikatakan bagian Muṣannaf ‘Abdur Razzāq yang hilang itu telah ditemukan.
Manuskripnya palsu dan versi cetakannya yang ditahkik ‘Īsā al-Ḥimyarī pun penuh skandal.
Sanad hadis Jābir yang berisi ajaran Nur Muhammad dalam manuskrip tersebut adalah sanad palsu yang dibuat di abad 21.
Sebagian penganut sufi falsafi nampaknya punya prinsip seperti oknum Khawārij. Yakni berdusta atas nama Nabi ﷺ boleh asalkan untuk menguatkan din versi mereka! Jadi yang haram bagi mereka hanya “każib ‘alan nabī”, tapi “każib lin nabī” boleh-boleh saja! Mereka seolah mengabaikan bahwa dosa seperti ini bukan hanya dosa besar. Sebagian ulama bahkan sampai berfatwa dosa seperti ini menjatuhkan pelakunya pada kekufuran.
Bukti bahwa sanad tersebut adalah sanad palsu yang diciptakan di abad 21 adalah tidak ada ulama hadis sepanjang masa yang mendapatkan sanad hadis Jābir tentang Nur Muhammad melalui jalur taḥammul yang sah. Tidak ada sejak zaman murid-murid Abdur Razzāq sampai zaman kita sekarang ini. al-Suyūṭī yang demikian terkenalnya dalam keluasaan telaah dan wawasan sekalipun tidak sanggup menemukan sanad tersebut. Bahkan kitab-kitab syiah yang jelas ahlul bid’ah sekalipun juga tidak bisa menunjukkan sanad apapun!
Dengan fakta semacam ini bagaimana bisa ada orang majhul dari india yang tidak dikenal sebagai ahli hadis tiba-tiba “abrakadabra” menemukan sanad hadis Jābir tentang Nur Muhammad yang tidak diketahui seluruh ulama sepanjang masa?
Akal mana yang bisa menerima klaim dusta seperti itu?
Sudah begitu ditantang untuk uji karbon supaya tahu umur naskah manuskrip, eh tidak mau!
Ditantang untuk membuka data aṣlul makhṭūṭ/asal salinan naskah manuskrip juga menolak!
Bagaimana bisa klaim seperti ini bisa dibenarkan, apalagi untuk urusan besar terkait akidah umat Islam?
***
Memang, upaya mengarang sanad palsu bukan hanya dilakukan orang India majhul itu. Kata Abdullah al-Gumārī, upaya yang sama sudah pernah dilakukan oleh orang dari Syanqiṭ: Mauritania. Dalam kitab yang berjudul Mursyidu al-Ḥā’ir li Bayāni Waḍ’i Ḥadītsi Jābir, Abdullah al-Gumārī berkata,
Artinya,
“Penisbahan riwayat tersebut pada riwayat ‘Abdur Razzāq adalah kesalahan. Sebab tidak ada dalam Muṣannaf beliau, Jāmi’ beliau dan tafsir beliau. Ia adalah hadis palsu secara pasti dan di dalamnya ada sejumlah istilah sufi. Ada orang Syanqiṭ kontemporer yang MEMBUATKAN sanad untuknya. Dia menyebut bahwa ‘Abdur Razzāq meriwayatkannya dari jalur Ibnu al-Munkadir dari Jābir. Ini adalah kedustaan yang membuatnya terus berdosa. Ringkasnya, hadis tersebut mungkar palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab sunah apapun.”
Dalam kitab beliau yang lain, yakni Irsyādu al-Tālib al-Najīb ilā mā fī al-Maulid al-Nabawī min al-Akāżīb (hlm 9-10), syaikh Abdullah al-Gumārī juga menyebut hal ini sebagai kekurang ajaran.
Orang Syanqiṭ Mauritania yang berani ngarang sanad untuk riwayat Jābir tersebut menuliskannya dalam bukunya yang berjudul “al-Taujīh wa al-I’tibār ilā Ma’rifati al-Qadar wa al-Miqdār”. Katanya, sanad Abdur Razzāq adalah dari Sufyān bin ‘Uyainah dari Zaid bin Aslam dari Muhammad bin al-Munkadir dari Jābir.
Abdullah al-Gumārī menyebut ini sebagai waqāhah dan jur’ah yang secara bebas boleh kita terjemahkan KEKURANGAJARAN, TAK TAHU MALU dan KELANCANGAN.
Jadi upaya orang India membuat sanad palsu untuk riwayat Jābir ini bukan usaha pertama kali.
***
Waspadalah pendusta-pendusta zaman sekarang yang rela melakukan apapun demi memuaskan hawa nafsunya. Perilaku mereka sudah menyamai rahib-rahib Yahudi yang mengubah-ubah Taurat dan ucapan Nabi Musa agar sesuai dengan hawa nafsu mereka.
25 Januari 2024/ 14 Rajab 1445 H pukul 12.15