Oleh : Ust. Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R Rozikin)
Nama yang diberikan pengarang untuk kitab ini adalah “Manhaju Ath-Thullab” (منهج الطلاب). Makna “manhaj” adalah jalan yang jelas, lafaz “thullab” adalah bentuk jamak dari tholib yang bermakna santri/penuntut ilmu. Dilihat dari pemberian namanya, ada kesan pengarang memaksudkan kitab ini ditulis untuk konsumsi pemula yang ingin mempelajari mazhab Asy-Syafi’i.
Kitab ini tergolong mukhtashor fikih dalam mazhab Asy-Syafi’i. Lebih jelasnya lagi, kitab ini adalah ringkasan/mukhtashor dari kitab mukhtashor An-Nawawi yang bernama “Minhaj Ath-Tholibin”. Jadi kitab “Manhaj Ath-Thullab” bisa dikatakan sebagai mukhtashor dari mukhtashor. Hanya saja Zakariyya Al-Anshori bukan semata-mata meringkas, tetapi juga menambahi beberapa hal, mengganti pendapat yang tidak mu’tamad dengan pendapat mu’tamad, dan membuang pembahasan ikhtilaf. Dari sisi nama, antara sumber yang diringkas dengan hasil ringkasannya sebenarnya semakna. Maksudnya, nama “Manhaj Ath-Thullab” sebenarnya semakna dengan “Minhaj Ath-Tholibin” karena lafaz “manhaj” semakna dengan “minhaj” sebagaimana lafaz “thullab” semakna dengan “tholibin”.
Pengarangnya bernama Zakariyya Al-Anshori, sang Syaikhul Islam yang tersohor di kalangan Asy-Syafi’iyyah. Nama lengkap beliau Abu Yahya Zakariyya bin Muhammad bin Ahmad Al-Anshori. Lahirnya tahun 823 H. Moyangnya ada hubungan dengan penduduk Madinah, sehingga beliau berjuluk Al-Anshori. Keilmuannya sangat luas sehingga beliau digelari Syaikhul Islam. Saat Ibnu Hajar Al-Haitami membuat kitab yang menghimpun biografi guru-gurunya, beliau menulis Zakariyya Al-Anshori dalam urutan pertama karena bagi Al-Haitami, Zakariyya Al-Anshori-lah guru terhebatnya. Usianya lebih dari 100 tahun. Usia yang panjang yang penuh berkah. (Saya pernah membuat tiga catatan terkait Zakariyya Al-Anshori, yaitu, “Memahami Gelar Syaikhul Islam”, “Mengapa Zakariyya Al-Anshori “Kalah Pamor” Dengan Murid-Muridnya?”, Dan “Urutan “Kekuatan” Kitab-Kitab Zakariyya Al-Anshori”)
Setelah selesai penulisan kitab ini, sejumlah ulama melihat ketinggian nilai kitab ini sehingga berminat untuk memperjelas dan mensyarahnya. Pertama kali yang mensyarah adalah Zakariyya Al-Anshori sendiri, yakni dalam kitab beliau yang dinamai “Fathu Al-Wahhab”. Motivasi pembuatan syarah ini adalah permintaan kawan-kawan dan murid-murid beliau yang ingin agar beliau membuat karangan untuk memperjelas kandungan isi “Manhaj Ath-Thullab”.
Setelah itu, dari kitab “Fathu Al-Wahhab” ini tergeraklah sejumlah ulama untuk membuat hasyiyahnya. Di antara mereka adalah Al-Jamal (w. 1204 H). Beliau membuat hasyiyah untuk “Fathu Al-Wahhab” yang kemudian terkenal dengan nama “Hasyiyah Al-Jamal”. Sebagian kaum muslimin menyebutnya “Hasyiyah Al-‘Ujaili”. Adapun nama formal yang diberikan Al-Jamal sendiri adalah “Futuhat Al-Wahhab bi Taudhihi Syarhi Manhaji Ath-Thullab”. Sebagian ulama ada yang membuat mukhtashor untuk hasyiyah ini. Manuskripnya ditemukan di perpustakaan Vatikan. Hanya saja nama ulama yang membuat mukhtashor ini masih majhul. Judul manuskripnya adalah “Mukhtashor Futuhat Al-Wahhab bi Taudhihi Syarhi Manhaji Ath-Thullab”.
Selain Al-Jamal, ulama yang membuat hasyiyah untuk kitab “Fathu Al-Wahhab” adalah Al-Bujairimi (w. 1221 H). Di masyarakat, karya beliau dikenal dengan nama “Hasyiyah Al-Bujairimi”. Di titik ini kita perlu sedikit jeli. Jika disebut “Hasyiyah Al-Bujairimi” maka yang dimaksud adalah hasyiyah karya Al-Bujairimi yang mensyarah kitab “Fathu Al-Wahhab”. Adapun jika disebut “Al-Bujairimi ‘Ala Al-Khothib” maka yang dimaksud adalah hasyiyah Al-Bujairimi yang mensyarah kitab “Al-Iqna’” karya Al-Khothib Asy-Syirbini yang merupakan syarah dari matan Abu Syuja’. Dua kitab ini, yakni “Hasyiyah Al-Bujairimi” dan “Al-Bujairimi ‘Ala Al-Khothib” adalah dua kitab yang berbeda. Kitab “Hasyiyah Al-Bujairimi’ memiliki nama formal yang diberikan pengarang yaitu “At-Tajrid li Naf’i Al-‘Abid”.
Selain dua hasyiyah ini ada pula hasyiyah-hasyiyah yang lain untuk kitab “Fathu Al-Wahhab” itu. Di antaranya “Hasyiyah Sulthon Al-Mizahi” (w. 1075 H), “Hasyiyah Az-Zayyadi” (w. 1024 H), “Hasyiyah Ibnu Qosim Al-‘Abbadi” (w. 992 H), dan lain-lain. Hanya saja dari sekian hasyiyah ini, yang terkenal dan telah dicetak ada dua yaitu “Hasyiyah Al-Jamal” dan “Hasyiyah Al-Bujairimi” yang telah diuraikan di atas.
Selain disyarah oleh pengarangnya sendiri dalam kitab “Fathu Al-Wahhab”, kitab “Manhaju Ath-Thullab” juga mendapatkan banyak perhatian di kalangan para ulama. Ada yang membuatkan syarah untuknya dan ada yang membuatkan hasyiyah.
Di antara syarahnya adalah kitab “Ihsanu Al-Wahhab” karya Ahmad Al-Mishri, “Syarah Asy-Syabini”, “Kasyfu An-Niqob ‘An Manhaji Ath-Thullab” karya Al-Wina-i (w. 1211 H), “Nata-ij Al-Albab/ Hasyiyah Al- Barrodi”, “Mabhaju Ar-Righob”, “Hasyiyah Al-Birmawi” (w. 1106 H), “Hasyiyah Asy-Syaubari” (w. 1069 H), “Hasyiyah Ibnu Qosim Al-‘Abbadi (w. 992 H), “Hasyiyah Ath-Thoblawi” (w. 1014 H), “Hasyiyah Al-Ithfaihi”, “Hasyiyah Al-Jauhari”, “Hasyiyah Asy-Syabromallisi” (w. 1087 H), dan lain-lain.
Sejumlah penerbit tercatat pernah mempublikasikan kitab “Manhaj Ath-Thullab”. Di antaranya, penerbit Al-Maktabah Al-Adabiyyah di Kairo, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah di Beirut, Mushthofa Al-Baby Al-Halabi yang diletakkan pada catatan pinggir untuk kitab “Minhaj Ath-Tholibin”, Dar Ihya’ Al-Kutub Al-‘Arobiyyah yang diletakkan pada catatan pinggir untuk kitab “Fathu Al-Wahhab”, dan lain-lain.
Penerbit Al-Maktabah Al-Adabiyyah mencetak kitab “Manhaju Ath-Thullab” atas jasa tahqiq sejumlah ulama Al-Azhar dengan ketebalan 272 halaman.
Zakariyya Al-Anshori wafat di Kairo pada tahun 926 H dan dikebumikan di dekat makam imam Asy-Syafi’i.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين