Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Tidak ada yang bisa merasakan pedihnya sepi kecuali orang yang pernah mencicipi nikmatnya kebersamaan.
Setelah sebelumnya tertawa gembira bergelak tawa bersama sekian lama, lalu tiba-tiba harus berpisah.
Berpisah karena harus hidup di rantau orang.
Berpisah karena harus menjalankan tugas.
Berpisah karena harus mencari nafkah.
Berpisah karena melanjutkan belajar.
Berpisah karena sudah pensiun.
Berpisah karena konflik.
Berpisah demi menempuh jalan ketakwaan.
Dan semua jenis perpisahan yang lain.
Dipaksa maupun direncanakan.
Tetapi, hamba Allah sejati justru mendapatkan pencerahan hati yang luar biasa saat diuji keterpisahan.
Dia jadi sadar bahwa teman sejati hanyalah Allah saja.
Kebersamaan dengan semua makhluk pada hakikatnya adalah semu, fatamorgana, lekas lenyap, dan berakhir dengan kesedihan.
Sedih karena mereka pasti akan meninggalkan kita, atau kita yang juga pasti akan meninggalkan mereka.
Artinya,
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. (Al-Hadid/57:20)