Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Tidak usah melebaikan cinta.
Sebab dua orang yang saling mencintai di dunia ini, justru kelak di akhirat akan menjadi MUSUH.
Termasuk suami-istri pun bisa menjadi musuh.
Mereka saling mencaci, saling menyalahkan dan saling melaknat.
Kecuali jika cinta itu karena Allah.
Allah berfirman,
Artinya,
“Para kekasih pada hari itu (hari kiamat) akan menjadi musuh satu sama lain. Kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Q.S.al-Zukhruf: 67)
Ciri cinta karena Allah: Kebersamaan Anda menambah ilmu dan ketaatan kepada Allah. Menambah dekat kepada Allah. Menambah kesalihan. Saling mengingatkan dalam haqq dan kebenaran.
Jika waktu, pikiran, tenaga, dan semua resources kita banyak dipakai untuk melayani cinta, sampai mengalahkan kesibukan kita untuk menaati Allah, maka saya memandangnya itu sudah melebaikan cinta.
Adapun menampakkan kemesraan di depan umum, maka saya kuatir itu akan membuat diuji berat rumah tangganya. Sebab Allah tidak suka dunia dimuliakan. Sudah banyak kasus nyata jika kita mau merenungi.
Lihatlah bagaimana sebagian artis yang awalnya saling puji akhirnya saling maki dan bercerai. Lebih aman jika semua romantisme dinikmati dalam ketersembunyian yang disusul dengan syukur. Nikmat tidak berkurang dan insya Allah diselamatkan dari ujian berat.
Adapun mencium kening istri setelah akad nikah, maka mudah-mudahan yang seperti itu tidak mengapa. Sebab para fukaha menjelaskan dalam kitab-kita fikih, mencium kepala istri di depan umum dan semisalnya tidak mengapa. Oleh karena itu saya berharap mencium kening atau menggandeng tangan termasuk yang secara urf itu biasa. Beda jika meletakkan tangan di dada istri atau mencium mulutnya di depan umum. Yang semacam ini jelas tercela, merusak muru-ah dan membuat persaksian orang ditolak
***
23 Zulhijah 1442 H/ 2 Agustus 2021 pukul 10.30