Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Berikut ini akan saya jelaskan ciri-ciri istri calon penghuni surga. Bagi lelaki yang punya istri dengan ciri ini, pertahankan betul istri Anda seberat apapun badai dalam rumah tangga. Bagi lelaki yang belum menikah atau ingin berpoligami, jadikan ciri ini sebagai kriteria untuk memilih istri.
Ciri istri calon penghuni surga ada empat.
PERTAMA, WADŪD (الودود).
Makna wadūd adalah al-mutaḥabbibah ilā zaujihā, yakni wanita yang menampakkan cinta kepada suaminya. Suami yang mendapatkan wanita yang menampakan cinta kepadanya akan merasa bahagia saat di rumah. Kekusutan pikiran di luar rumah akan terobati dengan melihat istri yang ramah, wajah berseri-seri, berdandan cantik dan menyambut penuh cinta. Suami yang memiliki istri yang mencintainya juga tidak makan hati, sebab semua perintahnya dilakukan dengan penuh cinta dan senang hati. Cinta wanita kepada suami itu sungguh penting, sebab istri dibebani kewajiban taat kepada suami secara dalam segala hal selain urusan maksiat. Wanita yang melayani suami dengan cinta sungguh berbeda dengan wanita yang melayani tidak dengan cinta. Melayani tanpa cinta akan membuat pergaulan terasa kering bahkan hidup dalam rumah tangga terasa bagai neraka. Jadi, cinta wanita kepada suami akan sangat membantu amalnya dalam menaati dan berbakti kepada suami.
Oleh karena itu, lelaki yang hendak mencari istri, diutamakan memilih wanita yang ia cintai dan wanita itu juga mencintainya atau minimal ada potensi mencintai dengan karakter salehnya. Sebab cinta memang besar pengaruhnya dalam rumah tangga sebagaimana pernah saya tulis dalam catatan berjudul “RUMAH TANGGA DAN CINTA” dan “PERTIMBANGAN CINTA DALAM SARAN CERAI”. Adapun wanita yang hatinya kasar, tidak penyayang, egois, tidak ada rasa, ingin menang sendiri dan hanya mementingkan kebahagiaan diri sebaiknya tidak dipertimbangkan menjadi istri.
KEDUA, WALŪD (الولود)
Makna walūd adalah subur, yakni mudah punya anak. Wanita yang subur berarti dia akan hamil, melahirkan, menyusui dan mengasuh anak. Bukan hanya sekali tapi bisa berkali-kali. Bayangkan, dalam hadis Nabi ﷺ itu diajarkan bahwa semua jenis keletihan dan kesusahan itu bisa menghapus dosa dan menaikkan derajat meskipun hanya tertusuk duri. Lalu bandingkan dengan ujian wanita hamil.
Bayangkan bagaimana beliau mengalami “morning sickness” di awal-awal kehamilan dengan selalu muntah-muntah dipagi hari disertai perasaan tidak enak makan atau minum. Bayangkan bahwa beliau cepat capek karena harus membawa janin kemana-mana, untuk masak, mencuci, menjemur, menyetrika, menyapu, berbelanja dan sebagainya. Bayangkan bagaimana sesaknya beliau saat bernapas karena paru-parunya terdesak janin dari bawah. Bayangkan bagaimana susahnya beliau tidur karena tidak bisa miring tengkurap seperti orang biasa.
Lalu bayangkan bagaimana saat beliau melahirkan. Bayangkan bagaimana beliau bertaruh nyawa, berdarah-darah dan mungkin harus dirobek dan dijahit. Lalu bayangkan bagaimana capeknya beliau saat menyusui selama dua tahun, mengurus popok bayi, memandikan, menidurkan dan menjaganya saat sakit. Bayangkan juga bagaimana letihnya saat mengasuh anak dengan penuh kesabaran dengan segala tingkah bocah kecil yang menguras emosi dan tenaganya.
Wajar bukan jika dengan amal sebanyak dia akan menjadi penghuni surga selama dia melakukannya karena Allah? Oleh karena itu, hindari wanita yang tidak mau hamil, anti anak dan memilih bersenang-sennag untuk kehidupannya sendiri. Sebab wanita jenis itu tidak bisa diajak masuk surga. Baginya kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan di dunia yang pendek, sementara dan lekas hancur ini.
KETIGA, ‘A’ŪD (العؤود).
Makna ‘a’ūd adalah wanita yang berjasa kepada suami. Wanita dengan karakter seperti ini jelas tidak banyak perhitungan dengan suami.
Malahan, semangatnya adalah beramal saleh sebanyak-banyaknya, tidak peduli orang lain menyebutnya tindakan bodoh, tidak bijaksana, rugi atau apapun selama dia yakin bahwa perbuatannya akan dibalas Allah di akhirat dengan balasan yang lebih baik.
Istri semacam ini memberikan banyak kebaikan dan pelayanan terhadap suaminya. Dia memasak untuk suami, mencucikan bajunya, menyetrikakan pakaiannya dan membersihkan rumahnya.
Dia juga memperhatikan kesehatan suami, memijitnya saat capek tanpa diminta, membuatkan minuman, membuatkan santapan ringan, mengingatkan jadwalnya, membersihkan buku-bukunya, menginventarisasi dengan rapi semua barang suami, sigap menemukan barang yang sering dilupakan dan dicari suami, dan mendoakan suami.
Jika dari luar, kadang-kadang dia membelikan makanan kesukaan suami, sabar saat suami marah, menghibur saat suami sedih, memaafkan kesalahannya, menutupi aibnya, tidak membuka masalah rumah tangga kepada orang yang salah, tidak mencurhatkan perilaku suami kepada orang lain yang membuat suami dilecehkan, bahkan mendorong suami berpoligami atas dasar ketakwaan.
Jika suami hartanya sedikit, istri membantu meng-cover nafkah tanpa minta dicatat sebagai utang. Jika suami perlu membeli sesuatu untuk menunjang profesinya sementara uang suami tidak cukup, istri sukarela membantu dengan hartanya sendiri. Saat suami belum punya uang untuk membayar biaya kontrakan, istri sukarela menggunakan harta pribadinya atau ikut membantu berutang kepada kenalannya. Saat suami capek butuh dibantu urusan kerja, istri membantu. Intinya banyak sekali jika mau menghitung jasa-jasa istri kepada suaminya.
Sudah begitu semua kebaikannya tidak diungkit-ungkit apalagi dipamerkan kepada orang lain. Dia tahu bahwa amalnya itu mencari rida Allah, bukan untuk mencari balasan kepada suami, apresiasi dari suami atau penghargaan suami.
KEEMPAT, ḥārīṣ ‘alā ṭalabi al-riḍā (حريص على طلب الرضا).
Makna ḥārīṣ ‘alā ṭalabi al-riḍā adalah bersungguh-sungguh berusaha mendapatkan rida suami. Jika ada masalah, istri bersegera mengupayakan segera selesai. Jika terjadi kesalahpahaman, istri segera mengklarifikasi. Jika suami sedang tidak berkenan, istri segera mencari tahu untuk meminta maaf. Tidak peduli siapa yang salah dan siapa yang benar, siapa yang zalim dan siapa yang dizalimi, pokoknya jika suasana rumah tangga tidak enak dan ada yang tersakiti, istri segera menggamit tangan suaminya, menciumnya lalu meminta maaf.
Empat ciri istri calon penghuni surga ini dijelaskan Rasulullah ﷺ dalam hadis riwayat al-Nasā’ī berikut ini,
Artinya,
“Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Maukah kalian kuberitahu istri-istri kalian yang termasuk penghuni surga? Dia adalah yang penyayang, yang subur, yang banyak memberikan jasa kepada suaminya, yang jika menyakiti suami atau disakiti suami maka dia akan datang lalu menggamit tangan suaminya kemudian berkata, ‘Demi Allah, saya tidak bisa memejamkan mata hingga engkau menjadi rida.” (H.R.al-Nasā’ī dalam al-Sunan al-Kubrā)
Yang paling berat diuji amalan ini adalah istri-istri yang dipoligami suaminya. Sebab dia bukan hanya diuji oleh karakter dan perilaku suaminya, tetapi juga diuji oleh kecemburuan, watak, dan tingkah laku madunya. Dengan begitu, wanita yang dipoligami peluang menempati surga tertinggi lebih besar daripada wanita yang tidak dipoligami.
***
27 Zulhijah 1442/ 6 Agustus 2021