Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Dalam bahasa Arab pertukaran itu disebut mubādalah (الْمُبَادَلَةُ).
Orang hidup selalu butuh saling bertukar untuk memenuhi kebutuhan. Tidak bisa manusia hidup tanpa saling bertukar, atau minimal sangat sulit sekali.
Jika pertukaran itu terjadi antara barang dengan barang, maka ia dinamakan barter. Bahasa Arabnya muqāyaḍah (الْمُقَايَضَةُ).
Jika pertukaran itu terjadi antara uang dengan barang, maka ia dinamakan jual beli. Bahasa Arabnya bai‘ (البَيْعُ). Jika uangnya diserahkan dulu dan barangnya menyusul kemudian, maka ia dinamakan jual beli salam (بَيْعُ السَّلَمِ). Jika barangnya diserahkan dulu dan uangnya diserahkan kemudian maka itu dinamakan jual beli kredit (بَيْعُ الدَّيْنِ). Jika cara membayarnya dengan mengangsur/mencicil, maka ia dinamakan jual beli taqsīṭ (بَيْعُ التَّقْسِيْطِ).
Jika pertukaran itu terjadi antara uang dengan uang, maka ia dinamakan ṣarf (الصَّرْفُ). Kita menyebutnya bisnis money changer atau bisnis valuta asing. Jika “pertukaran” uang itu tidak dimaksudkan memperoleh keuntungan, tapi semata-mata menolong dan salah satu uang diserahkan kemudian, maka ia dinamakan akad utang piutang (القَرْضُ). Jika akad utang piutang ini disertai penyerahan barang berharga untuk memperoleh kepercayaan maka itu namanya pegadaian (الرَّهْنُ). Kelebihan uang yang tidak halal pada jual beli dan utang-piutang, itu yang dinamakan riba (الرِّبَا).
Jika pertukaran itu terjadi antara uang dengan jasa, maka ia dinamakan perkontrakan. Bahasa Arabnya ijārah (الإِجَارَةُ). Jika orang yang dikontrak tidak spesifik dan sifatnya open, maka kita menyebutnya sayembara atau bahasa Arabnya ji‘ālah (الجِعَالَةُ)
Jika jual beli atau perkontrakan atau bisnis valuta asing itu dikerjakan bersama-sama dengan sejumlah orang untuk memperoleh keuntungan, maka itu dinamakan perkongsian. Bahasa arabnya syirkah/syarikah (الشَّرِكَةُ).
Intinya semuanya di kegiatan pertukaran.
Pertukaran untuk memenuhi kebutuhan.
Lalu Allah mengaturnya melalui syariat yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Supaya diketahui mana jalan yang lurus dan mana jalan yang bengkok.
Akhirnya lahirlah fikih yang menguji ketakwaan seseorang. Dari situ akan kelihatan siapa yang berusaha konsisten meniti ṣirāṭ mustaqīm dan mana yang tidak peduli serta hanya mementingkan perolehan harta saja.
Dari sini mulai terasa bagaimana ngerinya hari saat manusia dihisab dan ditanya tentang hartanya,
“Dari mana kamu memperoleh hartamu?!!”
“Untuk apa kau gunakan hartamu selama hidup di dunia?!!”
Yang tidak pernah ngaji pasti kebingungan jika ditanya Allah di hari pengadilan nanti.
Mari serius ngaji fikih jual beli, fikih ijarah, fikih ṣarf, fikih utang-piutang, fikih riba, fikih syirkah dan semisalnya. Sebab semua dari kita akan ditanya Allah tentang harta kita.
اللهم اهدنا الصراط المستقيم
20 Jumadā al-ākhirah 1443 H/ 23 Januari 2022 jam 14.50