Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Dalam kitab Rauḍatu al-Ṭālibīn, al-Nawawī menegaskan bahwa tertawa dalam salat itu dosa, meskipun bukan dosa besar. Al-Nawawī berkata,
Artinya,
“(termasuk dosa adalah) tertawa dalam salat.” (Rauḍatu al-Ṭālibīn, juz 11 hlm 224)
Hanya saja dari sisi apakah membatalkan salat ataukah tidak maka perlu dirinci.
Jika tertawa tersebut tidak sampai memunculkan suara, maka salatnya tetap sah dan tidak batal.
Jika sampai memunculkan suara dua huruf atau lebih maka salatnya batal. Jābir berkata,
Artinya,
“Jika seseorang tertawa dalam salat, maka dia mengulangi salatnya dan tidak perlu mengulangi wudu.” (H.R. Ibnu Abī Syaibah)
Maksud tertawa dengan mengeluarkan suara dua huruf misalnya memunculkan bunyi HA! (ها). Nah, ini sudah batal. Apalagi sampai empat huruf hijaiyah seperti HAHA (هاها). Jadi tidak harus terbahak-bahak HAHAHAHA untuk dinilai batal. Bersuara dua huruf saja sudah dihukumi batal.
Jika hanya satu huruf, misalnya h (ه) saja atau k (ك) karena mungkin ditahan sekuatnya, maka salat tidak batal.
Ini hukum untuk tertawa.
Adapun untuk tersenyum, maka itu tidak membatalkan salat dan tidak berdosa. Al-Nawawī berkata,
Artinya,
“Mazhab kami (al-Syāfi‘ī) adalah bahwasanya tersenyum tidak merusak (salat). Demikian pula tertawa jika tidak jelas (suara) dua huruf. Jika jelas dua huruf, maka batal salatnya.” (al-Majmū‘, juz 4 hlm 89)
Ada riwayat dengan sanad daif bahwa Rasulullah ﷺ pernah tersenyum dalam salatnya. Abū Ya‘lā meriwayatkan,
Artinya,
“Mīkā’īl lewat di dekatku sementara pada sayapnya ada bekas debu setelah pulang mengejar suatu kaum. Lalu dia tertawa kepadaku dan aku tersenyum kepadanya (dalam salatku).”
12 Ramadan 1443 H/14 April pukul 16.32