Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Saya termasuk penyayang kucing dan menyukainya.
Demikian pula dua anak saya.
Di rumah ada dua ekor kucing tinggal bersama kami.
Suatu hari, saat lewat di sebuah jalanan yang sepi menjelang magrib dengan mengendarai sepeda motor, secara tidak sengaja saya melindas kucing yang sedang berlari menyeberang hingga tewas!
Kepalanya remuk, salah satu biji matanya hendak keluar. Dia berkelojotan sebentar lalu tak bergerak lagi.
Anda bisa bayangkan bagaimana remuk dan perihnya hati seorang penyayang kucing yang menjadi sebab kematian seekor kucing lucu dengan cara yang tragis. Walaupun itu tidak sengaja dan tidak ada niat.
Tapi dari situ, saya juga mengambil pelajaran:
Kadang kita menjadi wasilah kesusahan orang lain, walaupun kita sama sekali tidak berniat seperti itu.
Tapi semuanya harus rela dan rida.
Karena apapun yang terjadi, yang di luar kuasa kita, semuanya adalah atas takdir dan ketentuan Allah.
Dan yang terpenting: di balik sesuatu yang tampak sebagai kesusahan dan penderitaan, sesungguhnya tersimpan rahmat dan kasih sayang Allah yang indah.
Bagi orang yang bersedia mentafakkurinya.
Umpamanya,
Seorang suami menggauli istrinya sampai hamil. Lalu istrinya mati karena melahirkan. Tentu suami tidak bermaksud membunuh istrinya, tetapi dia menjadi salah satu wasilah kematian istrinya. Dibalik kematian istri, di situ ada kasih sayang Allah yang sangat besar. Karena wanita yang mati karena melahirkan akan mendapatkan pahala mati syahid, jika tabah.
Tapi benar, tidak semua hamba oleh Allah dibukakan ilmu untuk memahami rahmat Allah dalam setiap kesusahan, musibah dan penderitaan.
CATATAN
Kisah Rasulullah ﷺ punya kucing bernama Mu’izzah dan sangat menyayanginya, sampai saat si kucing tidur beliau rela memotong bajunya agar tidak mengganggunya adalah kisah yang tidak benar. Tidak tercantum dalam riwayat yang sahih. Sayangnya, ada sebagian koran besar yang memuatnya seolah-olah itu riwayat yang benar. Membuat kesan koran tersebut tidak punya editor berkualitas untuk menyeleksi konten-konten yang bersifat Islam agar tidak sampai memuat konten yang bermasalah.
Termasuk riwayat ḥubbul hirrah minal iman (cinta kucing termasuk bagian dari iman) adalah hadis palsu.
Yang benar itu kisah yang dinisbahkan kepada al-Rifā‘ī, ahli ibadah dari Maroko. Itupun kisahnya dekat dengan legenda, belum bisa diyakini sebagai fakta sejarah. Al-Żahabī menukil,
«قِيْلَ: إِنَّ هرَّة نَامت عَلَى كُمِّ الشَّيْخ أَحْمَد، وَقَامَت الصَّلَاة، فَقص كُمَّه وَمَا أَزعجهَا، ثُمَّ قَعَدَ، فَوَصَلَهُ، وَقَالَ: مَا تَغَيَّر شَيْء». [«سير أعلام النبلاء – ط الرسالة» (21/ 78)]
Yang jelas terkenal penyayang kucing adalah Sahabat Nabi ﷺ yang bernama Abu Hurairah.
Terkait sayang kucing, dalil sahih yang paling dekat untuk dipakai di antaranya adalah hadis, “man lā yarḥam lā yurḥam” (siapa yang tidak bisa menyayangi maka dia tidak akan disayang Allah).
Menyayangi adalah akhlak mulia. Ke orang tua, pasangan hidup, anak, termasuk hewan peliharaan.
Hanya saja peliharaan itu sifatnya selera. Jadi tidak bisa jadi patokan kadar iman seseorang. Ada orang yang suka kucing, tapi yang lain malah jijik atau geli dan tidak suka. Mungkin karena pengalaman traumatis di masa kecil atau hal lain.
Ada yang suka pelihara ular, yang lain malah jijik.
Ada yang senang pelihara singa, yang lain takut.
Jadi memelihara hewan mubah statusnya ya hanya mubah. Kebaikan kita kepada hewan dihitung sebagai pahala karena Rasulullah ﷺ mengabarkan membaiki hewan dihitung sedekah.
23 Syawal 1443 H/ 29 Mei 2022 M pukul 18.48