Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Manusia menuntut kita agar sempurna.
Tapi, Allah tidak pernah menuntut kita agar tidak pernah salah.
Allah hanya meminta kita BERJUANG TERUS MENJADI LEBIH BAIK.
Allah berfirman,
Artinya,
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang terus menerus bertaubat dan memaksa diri untuk mensucikan diri.” (Q.S. al-Baqarah: 222)
Yang dicintai Allah dalam ayat di atas adalah tawwābīn. Ini pakai sigat mubālāgah.
Maknanya, Allah tahu bahwa hamba tersebut sudah pasti akan terjatuh juga dalam kesalahan. Tetapi karena semangatnya adalah selalu ingin menjadi lebih baik, maka dia akan bertaubat.
Kesalahan yang ia lakukan bahkan tidak sekali, tapi berulang kali. Tetapi karena dia tetap mempertahankan semangat untuk selalu ingin menjadi lebih baik, maka dia juga terus memperbarui taubatnya.
Oleh karena itu, dia di sifati tawwāb, yakni orang yang berulang kali bertaubat, bukan sekali, setelah itu berhenti. Yang seperti ini ternyata yang dicintai Allah.
Orang kedua yang dicintai Allah adalah mutaṭahhirīn. Ini isim fā‘il berwazan tafa‘-‘ala yang bermakna takalluf. Makna takalluf adalah memaksa diri.
Jadi yang dicintai Allah adalah mereka yang memaksa diri dan berjuang keras supaya dirinya suci. Walaupun harus korban perasaan. Walaupun harus merasakan dinginnya air dan hawa malam.
Sungguh saya merasakan salah satu makna yang luar biasa dari lafal al-raḥīm dari konsep ini. Yakni seperti apa gambaran kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
***
Coba bandingkan:
Manusia menuntut kita sempurna, Allah hanya menuntut punya semangat juang. Itupun disertai banyak maaf.
Mana yang lebih layak kita dengar tuntutannya?
23 Jumadal Akhirah 1444 H/16 Januari 2022 M pukul 09.12