Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jika Anda melakukan tawaf wajib dalam rangka umrah atau haji, maka disarankan jangan menyentuh Hajar Aswad. Sebab Hajar Aswad itu diberi parfum secara rutin oleh petugas. Padahal orang yang sedang berihram diharamkan memakai parfum. Jika Anda sengaja menyentuh Hajar Aswad atau menciumnya, atau sujud di atasnya padahal Hajar Aswad ada parfumnya, maka itu bermakna Anda melanggar larangan ihram dan bisa berkonsekuensi membayar dam!
Al-Syirwānī berkata,
Artinya,
“Hendaknya orang yang berihram berhati-hati untuk mencium Hajar Aswad dan menyentuhnya sementara Hajar Aswad itu diberi parfum.”
Jika Kiswah Kakbah juga diberi parfum, maka kehati-hatian kita untuk tidak menyentuh Kiswah saat ihram sama dengan kehati-hatian untuk tidak menyentuh Hajar Aswad.
Ketentuan membayar dam karena memakai parfum ini lumayan menguras kantong, karena harus menyediakan kambing untuk disembelih dan dibagi-bagi dagingnya di tanah suci!
Silakan dicari informasi berapa harga satu kambing di tanah suci agar bisa meraba konsekuensi perbuatan yang mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang ini.
Tetapi kabar gembiranya, dam untuk jenis pelanggaran ini tidak mutlak harus menyembelih kambing. Sebagai alternatif Anda juga boleh membayar dam dengan cara berpuasa 3 hari atau bersedekah makanan pokok sebanyak 3 Ṣā’ (الصاع) kepada 6 orang fakir miskin. Pembahasan lebih dalam tentang ketentuan dam bisa dibaca dalam catatan saya yang berjudul KETENTUAN TENTANG DAM.
Jika ingin melakukan sunah istilām, taqbīl dan sujud di atas Hajar Aswad dan tidak terkena hukuman membayar dam, sebaiknya lakukanlah setelah Anda selesai melakukan ibadah umrah atau haji. Artinya tawaf yang yang Anda lakukan adalah tawaf sunah, atau tawaf nazar yang intinya tidak termasuk ibadah umrah atau haji.
5 Rajab 1444 H /27 Januari 2022 M pukul 07.52
***
Daftar Pustaka
Abū Syujā’, Syihābuddīn Aḥmad bin al-Ḥusain al-Aṣbahānī. Al-Gāyah Wa al-Taqrīb/Matnū Abī Syujā‘. Beirut: ‘Ālam al-Kutub, n.d.
Al-Haitamī, Syihābuddīn Abū al-‘Abbās Aḥmad bin Muḥammad bin ‘Alī bin Ḥajar. Tuḥfatu Al-Muḥtāj Fī Syarḥi al-Minhāj. Vol. 6. 10 vols. Miṣr: Al-Maktabah al-Tijāriyyah al-Kubrā, 1983.
Al-Nawawī, Muḥyiddīn Abū Zakariyya Yaḥyā bin Syaraf. Al-Īḍāḥ Fī Manāsiki al-Ḥajj Wa al-‘Umrah. 2nd ed. Beirut: Dār al-Basyā’ir al-Islāmiyyah, 1994.
Al-Syirbīnī, Syamsuddīn Muḥammad bin Aḥmad al-Khaṭīb. Mugnī Al-Muḥtāj Ilā Ma‘Rifati Ma’Ānī Alfāẓi al-Minhāj. 1st ed. Vol. 4. 6 vols. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994.
Ramlī, Syamsuddīn Muḥammad bin Abū al-‘Abbās Aḥmad bin Ḥamzah al-. Nihāyatu Al-Muḥtāj Ilā Syarḥi al-Minhāj. Vol. 6. 8 vols. Beirut: Dār al-Fikr, 1984.