Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Masuk surga dengan rahmat Allah (bagi makhluk mukallaf yang diuji seperti kita) itu tidak bermakna kita boleh santai-santai beramal, atau ringan bermaksiat, atau hidup mengalir ngasal tanpa arah, lalu menunggu Allah memutuskan.
Yakni dengan memahami: Apapun yang kita lakukan, entah amal saleh atau maksiat, pada akhirnya “tidak ada gunanya”, karena semua itu nanti kembali pada rahmat Allah, bukan karena amal kita.
Itu pemahaman keliru.
Maksud masuk surga dengan rahmat Allah itu begini,
Seandainya mulai lahir sampai mati usia 70 tahun kita bersujud dengan khusyuk untuk menyembah Allah dan tidak pernah lengah sedetik pun, tidak istirahat dan tidak tidur, maka jika mempertimbangkan keadilan semata, semestinya kita hanya berhak mendapatkan balasan menghuni surga selama 70 tahun saja!
Tidak boleh lebih.
Tapi tidak, rahmat Allah itu jauh lebih luas.
Walaupun ibadah kita sebenarnya sedikit sekali dan sebentar sekali, maka Allah membalasnya dengan balasan yang jutaan, milyaran, triliunan kali lipat daripada amal saleh kita. Karena Allah membalas dengan surga dan rida yang kenikmatannya selamanya. Makna selamanya berarti tidak bisa dihitung batas akhirnya.
Oleh karena itu, rahmat Allah sebenarnya lebih dominan saat Allah membalas hamba dengan surga.
Hanya saja surga itu bertingkat-tingkat.
Sungguh tidak tahu diri orang yang amalnya asal-asalan dan masih dicampur dengan maksiat lalu mengharap surga tertinggi yang sama dengan yang dihuni Abu Bakar misalnya.
Oleh karena itu, Allah membalas amal saleh kita sesuai dengan kualitas amal kita. Yang level tinggi berhak firdaus. Yang level rendah hanya berhak surga paling rendah.
Balasan disesuaikan dengan “tingkat prestasi” ini dalam bahasa Arab dinamakan jazā’ (الجزاء).
Tapi ingat, walaupun Allah membalas amal sesuai “tingkat prestasi”, tapi kebaikan dan rahmat Allah tetap dominan, karena surga paling rendah sekalipun Allah masih memberikan nikmat tersebut selamanya.
Oleh karena itu, dalam Al-Qur’an ganjaran surga itu disebut dengan jazā’ sekaligus ‘aṭā’. Untuk menunjukkan bahwa kedudukan kita di akhirat disesuaikan dengan kualitas amal kita, tapi tetap disertai pemberian Allah yang jauh berlipat-lipat dari amal yang kita lakukan. Allah berfirman,
Artinya,
“(surga dan segala kenikmatannya itu diberikan kepada hamba-hamba bertakwa) Sebagai balasan dari Rabb-mu juga pemberian banyak yang disesuaikan dengan amal masing-masing.” (Q.S.al-Naba’: 36)
Uraian lebih dalam silakan baca catatan saya yang berjudul “BEDANYA JAZĀ’ (الجَزَاءُ) DENGAN ‘AṬĀ’ (العَطَاءُ)”.
27 Sya’bān 1444H/ 20 Maret 2023 pukul 20.01