Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Menjadi ulama dan dai itu tidak harus terkenal.
Bahkan tidak harus punya pengikut.
Tidak harus punya pondok besar dengan santri ribuan.
Terkenal dan punya murid banyak tidak selalu menjadi standar/kriteria bahwa seseorang dalam kebenaran, atau berada dalam inayah Allah, juga bukan tanda ilmunya diberkahi.
Terkadang Allah berkehendak seseorang tidak terkenal sama sekali, bahkan tidak punya pengikut, walaupun sudah maksimal berdakwah, padahal di sisi Allah hamba ini termasuk kekasih-Nya dan membawa kebenaran yang diridai-Nya.
Untuk hikmah yang dikehendaki-Nya.
Jangankan ulama yang “hanya” meneruskan tugas para nabi.
Nabi-nabi dan para rasul sendiri ada yang oleh Allah dibuat populer dan diceritakan, tapi adapula yang dikehendaki tidak terkenal, bahkan tidak ada pengikutnya sama sekali. Allah berfirman,
Artinya,
“Sungguh, Aku benar-benar telah mengutus rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad). Di antara mereka ada yang Aku ceritakan kepadamu dan ada (pula) yang tidak Aku ceritakan kepadamu.” (Q.S. Gāfir: 78)
Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Telah ditampakkan padaku beberapa golongan umat manusia. Aku lalu melihat seorang nabi yang ditemani beberapa orang. Ada juga nabi yang ditemani satu atau dua orang lelaki saja. Adapula nabi yang tidak punya seorang pengikut pun.” (H.R. Muslim)
23 Syawwāl 1444 H/ 14 Mei 2023 pukul 12.57