Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Alasan mengapa kita mengangkat telunjuk saat tasyahud, bukan mengangkat jempol atau jari tengah atau jari manis atau jari kelingking adalah karena ittibā‘ mengikuti Rasulullah ﷺ.
Ini adalah alasan terbaik yang mencermikkan iman kepada nabi kita.
Yakni mengikuti secara totalitas walaupun tidak mengetahui hikmahnya atau belum mengetahui hikmahnya.
Seperti sikap para malaikat yang tunduk taat saat diperintahkan sujud kepada Nabi Adam atau seperti sikap tunduk Nabi Ibrahim ketika diperintahkan menyembelih putranya, atau seperti sikap tunduk Hājar ketika ditinggal bersama bayinya di tempat tandus di Mekah, atau seperti sikap Umar yang mencium Hajar Aswad semata-mata karena melihat Rasulullah ﷺ menciumnya padahal Umar tahu itu batu biasa yang tidak memberi manfaat atau menimbulkan bahaya.
Jika ada dalil yang menjelaskan makna dari sebuah ibadah, maka dalil itu kita pegang dan kita batasi di situ tanpa harus mencari-cari keterangan lain yang tidak didasarkan pada wahyu.
Misalnya kita mendapati riwayat bahwa Rasulullah ﷺ dituduh sedang menyihir orang-orang musyrik saat mengangkat telunjuk ketika tasyahud, kemudian seorang sahabat mengklarifikasi bahwa makna mengangkat telunjuk itu sebenarnya adalah simbol mengesakan Allah, bukan menyihir. Nah, berita semacam ini kita terima apa adanya tanpa perlu melampauinya ke mana-mana.
Adapun dari sisi tradisi Arab, telunjuk itu memang biasa dipakai untuk mengesakan Allah dan mensucikan-Nya. Oleh karena itu, dalam bahasa Arab telunjuk disebut dengan musabbiḥah (الْمُسَبِّحَةَ) yang secara bahasa bermakna alat untuk bertasbih. Telunjuk dalam bahasa Arab juga disebut sebagai Sabbābah (السَّبَّابَةَ) yang berasal dari kata sabba (سَبَّ) yang bermakna mencaci/mengomeli. Sebab telunjuk juga dipakai untuk menunjuk-nujuk lawan sengketa saat bertengkar dan berselisih. Al-Khaṭīb al-Syirbīnī berkata,
Artinya,
“(al-musabbiḥah itu) dibaca dengan mengkasrahkan bā’. Yakni jari yang dekat dengan jempol. Dinamakan musabbiḥah karena dipakai untuk memberi isyarat tauhid dan tanzih. Ia juga dinamakan sabbābah karena dipakai untuk memberi isyarat saat bertengkar dan mencaci.” (Mugnī al-Muḥtāj, juz 1 hlm 378)
23 Zulhijah 1444 H/ 11 Juli 2023 pukul 08.18