Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Niat yang benar saat mengangkat telunjuk dalam tasyahud adalah niat mengesakan Allah dan semata-mata menyembah hanya kepada-Nya.
Kita memperbarui kembali tekad bahwa bahagia dan susah kita, hidup dan mati kita, gerak dan diam kita semuanya hanyalah demi Allah, untuk Allah dan karena Allah.
Jika sebelum salat mungkin kita sempat teralihkan oleh manisnya dunia sehingga sempat lupa bahwa keberadaan kita hidup di bumi sebenarnya hanyalah untuk menyembah Allah, maka saat tasyahud ini ita perbarui lagi kesadaran tersebut sehingga muncul semangat baru, tekad baru dan energi baru untuk menaati-Nya dan merendahkan diri dihadapan-Nya.
Jika sebelum salat mungkin kita sempat terfitnah beramal untuk manusia, merepotkan diri dengan pamrih, mengejar pujian makhluk, memburu kekaguman manusia, dan mengharap tepuk tangan manusia, maka saat tasyahud ini kita perbarui lagi tekad kita untuk beramal semata-mata karena Allah. mencari apresiasi dari-Nya, berharap pujian-Nya, dan mengharap balasan dari-Nya.
Al-Nawawi berkata,
Artinya,
“Dia (orang yang salat) berniat ikhlas dan tauhid dengan isyarat telunjuk tersebut. Al-Muzanī menyebutkan hal tersebut pada Mukhtaṣar-nya demikian pula semua ulama-ulama al-Syāfi‘ī yyah mutaqaddimin lainnya.” (al-Majmū‘, juz 3 hlm 455)
Diriwyatakan Rasulullah ﷺ melakukan hal demikian adalah untuk mengesakan Rabbnya. Al-Baihaqī meriwayatkan,
Artinya,
“Rasulullah ﷺ melakukan hal tersebut (memberi isyarat dengan telunjuk) adalah untuk mengesakan Rabbnya tabāraka wa ta‘ālā.” (al-Sunan al-Kubrā, juz 3 hlm 633)
Ada riwayat juga dari Ibnu ‘Abbās bahwa memberi isyarat dengan telunjuk adalah simbol keikhlasan. Al-Baihaqī meriwayatkan,
Artinya,
“Ibnu ‘Abbās ditanya tentang lelaki yang berdoa dengan memberi isyarat jari. Ibnu ‘Abbās menjawab, itu adalah ikhlas.” (al-Sunan al-Kubrā, juz 3 hlm 634)
23 Zulhijah 1444 H/ 11 Juli 2023 pukul 09.18