PERTANYAAN
السلام عليكم
Ustadz, Kemarin ada yang minta saya untuk mentakhrij beberapa hadis dalam musnad imam Zaid bin Ali. Salah satunya disuruh jelaskan kritik sanad. Tetapi di dalam musnad Zaid bin Ali, seluruh hadis hanya memiliki satu jalur, yaitu Zaid, dari ayahnya (Ali), dari kakeknya (sydn Husain) dari sayyidina Ali bin Abi Thalib. Apakah kritik sanad untuk hadis-hadis di dalam musnad dianggap perlu untuk meneliti tingkat validitas hadis? Karena semua tokoh dalam jalurnya pasti tsiqah karena masih cicit Rasulullah Saw. Dan apakah tsiqahnya para perawi itu menunjukkan hadis-hadis di dalam musnad tsb Shahih semuanya?? (Rudy, Aceh)
JAWABAN
Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
وعليكم السلام ورحمة الله
Perawi Musnad Zaid adalah ‘Amr bin Kholid Al-Wasithi. Dia terkenal sebagai pemalsu hadis. Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in menisbahkannya pada kedustaan. Waki’ juga menisbahkannya pada pemalsu hadis. Saat belum ketahuan belangnya, Amr bin Kholid Al-Wasithi masih bergaul dengan Waki’. Begitu terbongkar identitasnya, dia berpindah ke Wasith.
Jika seperti ini kondisi Musnad Zaid, berarti seluruh hadis dalam Musnad tersebut tidak bisa diterima dengan sanad dalam Musnad tersebut. Hadis yang diterima dalam Musnad tersebut hanyalah hadis yang dicantumkan dalam kitab-kitab hadis mu’tabar dengan sanad dalam kitab-kitab hadis mu’tabar (seperti sahih Al-Bukhari, Sahih Muslim, dan lain-lain), bukan dengan sanad dalam musnad Zaid itu.
Najm Abdurrahman Kholaf berkata,
“Amr bin Kholid Al-Wasithi, Abu Makhlad. Dia dikenal sebagai pemalsu hadits. Ahmad bin Hambal dan Yahya Bin Main serta imam-imam hadis selain mereka telah menilainya pendusta. Waki’ juga menisbahkannya pada pemalsu hadits. Beliau (Waki’) berkata, ‘Dia (awalnya) berada di lingkungan kami. Tatkala diketahui hakekatnya maka dia berpindah ke Wasith” (Mu’jam Al-Jarh wa At-Ta’dil li Rijal As-Sunan Al-Kubro hlm 121)
Perawi sebelum ‘Amr adalah Ibrohim bin Az-Zibriqon dan dia juga diperbincangkan.
Sejarawan yang bernama Yahya bin Al-Husain mengatakan bahwa Zaidiyyah ekstrim yang bernama Jarudiyyah juga melakukan tahrif terhadap kitab ini dan membuang beberapa hal yang dianggap membuat aib.
Kata Muqbil bin Hadi, mazhab Zaidiyyah itu dibangun atas dasar “huyam” (cinta buta). Dan beliau tegaskan tidak ada satupun kitab yang sah dinisbahkan kepada Zaid bin Ali. Lihat,
www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=48
Al-Albani mengatakan bahwa syiah termasuk Zaidiyyah tidak punya hujah apapun untuk membuktikan kesahihan penisbahan kitab mereka karena memang mereka miskin kitab jarh wa ta’dil dan bahkan untuk Zaidiyyah sama sekali tidak ada,
“ (Al-Albani berkata) Saya sendiri sampai sekarang tidak mengetahui ada satu kitab milik Zaidiyah yang terkait jarh wa ta’dil. Saya mengetahui Syi’ah memiliki sejumlah kitab tentang jarh wa ta’dil tetapi itupun tidak memuaskan. Adapun Zaidiyah, sampai sekarang saya tidak mengetahui mereka punya satu kitabpun untuk mengetahui perawi-perawi hadits mereka. Kendati demikian, di antara yang paling mengherankan adalah mereka punya kitab terkait riwayat hadits yang dianggap mu’tamad di kalangan mereka, yakni Musnad Zaid bin Ali yang diriwayatkan oleh seorang lelaki pendusta menurut kita (Sunni) dan mereka tidak mampu membelanya karena memang mereka miskin dalam ilmu biografi secara mutlak”
Lihat,
www.almanhaj.net/vb/showthread.php?t=4543
Wallahua’lam