Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Salah satu sifat istimewa kekasih Allah adalah memiliki pembawaan yang berwibawa. Memang betul mereka orang yang ramah, berakhlak mulia, dan tersenyum pada semua orang. Akan tetapi, keramahan yang mereka miliki itu ternyata disertai dengan sikap berwibawa yang membuat orang yang bertemu dengannya merasa gentar dan segan. Entah ada rahasia gaib apa yang dianugrahkan Allah kepada mereka. Seakan-akan anwar ilahiyyah dicurahkan kepada mereka sehingga mereka menjadi pribadi khusus yang berbeda dengan hamba Allah kebanyakan. Mungkin karena para kekasih Allah itu terbiasa mengagungkan Allah lebih dari segalanya, maka Allah membuat para hamba menjadi memuliakannya.
Ia terbiasa menjadikan Allah yang terbesar di matanya, sehingga Allah menjadikannya “besar” di mata manusia.
Rasulullah ﷺ umpamanya. Tidak ada yang bisa membantah bagaimana ramahnya beliau dan senyum belau kepada umat manusia. Akan tetapi keramahan dan murah senyum seperti ini ternyata disertai pembawaan yang berwibawa sehingga memunculkan kisah-kisah unik yang menunjukkan besarnya wibawa beliau.
Seorang lelaki datang untuk berbicara kepada Nabi ﷺ. Karena demikian kuat wibawa Nabi ﷺ, tubuhnya gemetar. Rasulullah ﷺ sampai menenangkannya sambil bersabda, “Rileks saja. Aku bukan raja. Aku hanyalah anak seorang wanita yang makan dendeng.”
Amr bin Al-‘Ash, seorang Shahabat Nabi, bersaksi bahwa beliau tidak sanggup melukiskan Rasulullah ﷺ dengan detail karena besarnya wibawa beliau. Seumur hidup beliau tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ lekat-lekat apalagi dengan cara menatap tajam.
Rasulullah ﷺ memerintahkan para wanita bersedekah. Zainab, istri Ibnu Mas’ud ingin tahu apakah sudah berpahala seorang istri bersedekah kepada suami. Maka Zainab minta kepada Suaminya bertanya kepada Rasulullah ﷺ, tapi suaminya tidak berani dan menyuruh Zainab bertanya sendiri. Ketika Zainab sudah di depan pintu Rasulullah ﷺ pun, Zainab masih minta Bilal yang menjaga pintu Nabi ﷺ untuk menanyakan pertanyaan tersebut!
Abu Mas’ud Al-Badri pernah marah pada budaknya kemudian mencambukinya. Datang Rasulullah ﷺ di belakangnya dan menasihatinya. Tapi Abu Mas’ud tidak mendengar suara Rasulullah ﷺ karena saking marahnya. Begitu menoleh dan tahu di belakangnya Rasulullah ﷺ, maka terkulai lemaslah tangannya karena besarnya wibawa Rasulullah ﷺ sehingga jatuh cambuknya. Seketika itu juga dia bilang, “Dia merdeka karena Allah!”
Demikian pula An-Nawawi. Beliau dikenal memiliki pembawaan yang berwibawa sampai membuat seorang penguasa gentar kepadanya!
Ada seorang penguasa di zaman An-Nawawi yang bernama Baybars. Karena sering menang perang maka dia digelari Azh-Zhohir. Mengingat dia juga seorang raja maka dia juga disebut Al-Malik. Jadi, saat orang berbicara tentang beliau, kadang disebut lengkap Al-Malik Azh-Zhohir Baybars. Kadang disingkat menjadi Baybars saja.
Penguasa ini sangat populer di zamannya. Sebab, di zaman An-Nawawi kita tahu Khilafah Abbasiyyah runtuh dan dihancurkan pasukan Tartar tahun 656 H. Kaum muslimin di belahan Mesir berjuang bangkit sehingga bisa mendirikan kerajaan Islam yang dikenal dengan nama Daulah Mamalik. Di bawah kepemimpinan Baybars ini, pasukan Tartar banyak dikalahkan di berbagai medan perang. Oleh karena itu, Baybars menjadi sangat populer dan ditakuti kawan maupun lawan. Tetapi meski sebesar ini posisi politik Baybars, berhadapan dengan An-Nawawi beliau gentar juga. Adz-Dzahabi menyebut hal ini dengan kalimat singkat berikut ini,
“Dikisahkan dari Raja Azh-Zhohir (Baybars) bahwasanya ia berkata, ‘Saya gentar kepadanya (An-Nawawi).” (Tadzkirotu Al-Huffazh, juz 4 hlm 176)
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
***
SUMBER
Dikutip dan disadur dari buku saya; AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bab “Karomah An-Nawawi”
Resensi lengkap buku AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bisa dibaca di tautan ini.