Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Apa bedanya kalām (الكلام) dengan jumlah (الجملة)?
Kalau menurut Ibnu Ājurrūm, kalām itu harus merealisasikan 4 unsur,
- Lafaz, yakni bunyi bahasa yang mengandung huruf hijaiyyah
- Tarkīb, yakni tersusun dari 2 kata atau lebih
- Ifādah, yakni membuat faham sampai level orang tidak bertanya lagi
- Waḍ’un, yakni mengikuti aturan bahasa milik orang Arab
Adapun jumlah, maka bahasa lainnya adalah tarkīb isnādī. Yakni struktur bahasa yang terdiri dari musnad dan musnad ilaih. Dengan kata lain terdiri dari subjek dan predikat.
Dengan pengertian seperti ini, berarti jumlah memungkinkan kita terjemahkan “kalimat”, sementara kalām bisa kita terjemahkan “kalimat sempurna”.
***
Dalam bait ke 20, al-‘Imrīṭī memodifikasi definisi kalām yang dikemukakan Ibnu Ājurrūm dengan hanya mensyaratkan 3 unsur yakni lafaz, ifādah dan isnād,
Artinya,
“Kalām (dalam definisi) mereka (pakar nahu adalah) lafaz bersubjek yang memberi makna tuntas. Kata adalah lafaz tunggal yang memberi makna tuntas.”
Silakan pembahasan lebih lengkap bait ke 20 dinikmati di KANAL MUNTAHA di Youtube. Atau di sini.
7 Desember 2023/ 24 Jumādā al-Ūlā 1445 H pukul 20.21