Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Sudah diketahui para ulama sejak zaman dulu bahwa Banī Isrā’īl itu memang sejak lama berambisi menguasai dunia dengan menjadikan Al-Quds/Yerusalem sebagai ibu kotanya. Mereka membayangkan punya negara adidaya, superpower dan mengulang zaman keemasan atau kejayaan di masa Nabi Sulaiman. Mereka membayangkan akan dipimpin oleh seorang pemimpin hebat, “ratu adil”, dan “leader” kharismatik berlevel internasional keturunan Nabi Dāwūd yang mereka sebut dengan julukan al-Masīḥ bin Dāwūd. Pemimpin yang ditunggu-tunggu ini adalah “Al-Mahdī” bagi mereka yang diyakini memang sudah dijanjikan nabi-nabi mereka sejak ribuan tahun yang lalu.
Jadi, jika Banī Isrā’īl di abad ini berjuang mendirikan negara untuk menampung ras mereka yang terpencar-pencar di berbagai negara, maka itu sejalan dengan apa yang sudah di jelaskan para ulama sejak dulu kala.
Jika hari ini mereka berambisi menguasai Al-Quds/Yerusalem untuk dijadikan ibukota, maka itu tepat seperti yang sudah ‘diramalkan’ sejak dulu kala. Jika hari ini mereka bekerja keras memperkuat jaringan internasional untuk menguasai politik, ekonomi, budaya, teknologi dan pengetahuan, maka itu sinkron dengan agenda jangka panjang mereka. Mereka melakukan semua itu sebagai persiapan menguasai dunia dan menyambut pemimpin terbesar mereka atau “Al-Mahdī” mereka.
Sesungguhnya memang benar, Allah menjanjikan pemimpin besar untuk Banī Isrā’īl melalui lisan nabi-nabi mereka. Pemimpin besar ini terkenal di kalangan mereka dengan gelarnya, yakni Al-Masīḥ (المسيح) atau Mesias. Allah pun sebenarnya sudah menunaikan janji-Nya dengan mengirim Al-Masīḥ ‘Isā bin Maryam untuk memimpin dan menyelamatkan Banī Isrā’īl. Tetapi mereka malah memusuhi beliau dan mengingkarinya. Bahkan berkomplot dengan penguasa yang tak beriman untuk membunuh Nabi Isa. Akhirnya Allah murka kepada Banī Isrā’īl dan membiarkan mereka di akhir zaman dipimpin Al-Masīḥ yang palsu. Al-Masīḥ palsu itulah Dajjal. Dialah yang ditunggu-tunggu Banī Isrā’īl. Dia pula lah yang akan memimpin Banī Isrā’īl untuk membuat gerakan politik dalam rangka menguasai dunia. Kemampuan Al-Masīḥ Dajjāl ini mirip dengan Nabi Isa, sehingga banyak orang menyangkanya Nabi Isa, lalu mengikutinya sehingga dengan demikian dia masuk ke dalam barisan pengikut Dajjāl bersama Banī Isrā’īl.
Memang pada akhirnya mereka berhasil menguasai dunia. Tapi itu tidak lama. Kata Nabi Muhammad ﷺ “hanya” 40 hari saja. Selama itu tidak ada kekuatan propaganda, politik maupun militer umat Islam yang berhasil memadamkan gerakannya. Lalu Allah menurunkan rahmat-Nya. Dimunculkanlah Al-Masīḥ yang asli, yakni Al-Masīh ‘Isa bin Maryam. Nabi Isa lah yang akan membunuh pemimpin terbesar Banī Isrā’īl itu. Terjadi perang besar antara hamba beriman dengan mereka. Lalu Banī Isrā’īl kalah, sampai-sampai batu dan pepohonan membantu mukmin untuk menumpas mereka.
Jadi, semestinya umat islam melihat pendudukan Al-Quds dengan kerangka seperti ini. Bahwa akan banyak peristiwa dahsyat ke depan sedang menanti. Bahwa Dajjāl bisa jadi akan segera muncul. Bahwa akan segera muncul pemimpin internasional yang sangaja diorbitkan dengan membawa fitnah luar biasa.
Ujian peperangan antara haq dan batil tidak mungkin berhenti. Akan terus terjadi sampai hari kiamat. Sampai Dajjal dibunuh Nabi Isa. Tetapi, menyikapi kelakuan Banī Isrā’īl hari-hari ini, sudah akan tampak siapa saja yang memilih dunia daripada akhirat. Siapa yang memilih nyaman daripada berjuang. Siapa yang memilih menjilat manusia daripada menghambakan diri kepada Allah.
Hari-hari ini adalah cerminan. Siapa yang nanti kira-kira berada di barisan Nabi Isa, atau justru malah menjadi pengikut Dajjāl. Mereka yang cita-cita hidupnya hanyalah kejayaan duniawi, kenyamanan hidup, kesejahteraan, hidup enak, dan bahagia di dunia adalah sasaran empuk Dajjāl, karena Dajjāl menjanjikan semua kenikmatan duniawi.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata dalam kitab Hidāyatu al-Ḥuyārā fī Ajwibati al-Yahūd wa al-Naṣārā sebagai berikut,
Artinya: “… Mereka (Banī Isrā’īl) meyakini bahwa sosok yang ditunggu ini jika telah datang kepada mereka, maka dia akan mengumpulkan mereka di Al-Quds. Mereka akan memiliki negara dan dunia akan menjadi milik mereka. Kematian akan menjauhi mereka dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, iman mereka kepada Al-Masih Ibnu Maryam digantikan dengan menunggu si Mesias palsu sesat itu, karena dialah yang sesungguhnya benar-benar mereka tunggu. Mereka akan menjadi tentara Dajjal dan orang yang paling banyak mengikuti dia. Mereka di zaman Dajjal akan memiliki kekuatan negara sampai Mesias petunjuk yakni Ibnu Maryam akan turun lalu membunuh tokoh yang mereka tunggu itu. Kemudian Isa Al-Masih dan sahabat-sahabatnya akan meletakkan pedang pada mereka sampai orang-orang Yahudi akan bersembunyi di balik batu dan pohon, dan (batu dan pohon) akan mengatakan, ‘Hai muslim, ini Yahudi di belakangku, ke sinilah, bunuhlah dia.’”
***
5 Syawwāl 1442 H